Berakting bukan passion utamanya. Kini, ia tengah serius membesarkan perusahaan online media miliknya.
Tampang innocent dan selalu berpenampilan rapi, itulah citra yang melekat pada sosok Christian Sugiono (31). Ia pun langganan untuk jadi pemeran pria baik-baik dalam berbagai judul sinetron. Namun, ia berani melepas ‘kemapanan’ aktingnya dan bertransformasi menjadi sosok antagonis di film Sang Pialang. Dia menyebutnya: ruang eksplorasi akting.
Proyek Balas Dendam
Lama tak terdengar kabarnya, Christian Sugiono yang akrab dipanggil Tian, kembali mencuri perhatian publik saat muncul di film terbarunya, Sang Pialang. Ia berperan sebagai sosok Kevin, anak seorang pemimpin perusahaan sekuritas yang menghalalkan segala cara untuk meraih kesuksesan.
“Jujur, saat ditawari bermain film Sang Pialang, saya belum tahu seperti apa karakter Kevin. Setelah membaca script-nya, saya langsung jatuh cinta,” ujar Tian, bersemangat. Ia lantas bercerita tentang peran antagonis pertamanya itu. Kevin seorang pialang yang tega berbuat curang dengan memainkan saham milik nasabahnya untuk keuntungan pribadi. Tujuannya, agar bisa mengalahkan pencapaian Mahesa (Abimana Aryasatya) sehingga Kevin mendapat kepercayaan dari ayahnya.
Meski harus berlakon antagonis, nyatanya Tian menikmatinya. Peran Kevin membuatnya tertantang untuk mengeksplorasi seberapa jauh kemampuan aktingnya. Ia bosan selalu berperan sebagai pria baik di tiap sinetronnya. “Inilah proyek balas dendam. Kesempatan bagi saya untuk memerankan tokoh jahat, karakter yang tak pernah saya mainkan di sinetron sebelumnya,” ungkapnya, senang.
Menurut Tian, ada kemiripan sifat antara dia dengan Kevin. Keduanya sama-sama memiliki passion yang kuat pada suatu hal, dan fokus meraih target. Perbedaannya, Kevin memakai cara kotor dan instan meraih sukses, sedangkan Tian sangat menjauhi cara tersebut. Menurutnya, sukses harus diraih dari kerja keras.
Selain karakter kuat yang ia mainkan, menurut Tian, Sang Pialang unik dari segi tema. Mengangkat tema dunia pialang dan bisnis saham di Indonesia, film ini menjadi sangat berbeda dari film yang sudah ada. Selain itu, intrik persaingan kerja berpadu manis dengan bumbu persahabatan dan percintaan.
Demi mendalami perannya, sebelum proses syuting dimulai, Tian dan pemain lain seperti Abimana Aryasatya dan Kamidia Radisti menjalani proses bedah naskah dan workshop. Mereka bahkan melakukan observasi selama 1,5 bulan di 8 kantor sekuritas di Jakarta. “Hampir tiap hari saya dan pemain lain datang saat jam kerja, mengamati mereka bekerja, bagaimana emosi mereka saat saham naik dan turun,” ungkap pria yang pandai bermain piano ini.
Setelah menyelami hiruk pikuk pasar saham, pandangan Tian tentang pialang berubah. Jika dulu ia menganggap siapa saja bisa menjadi pialang, kini berubah total. “Pialang itu ambisius, dalam arti yang positif. Mereka juga fokus pada tujuan yang akan dicapai. Profesi ini dinamis dan membutuhkan keahlian menjual produk. Tidak sembarang orang bisa melakukannya.”
Keterlibatannya dalam film ini membuat Tian bertemu dengan tokoh-tokoh di pasar modal Indonesia, yang memberinya banyak ilmu baru di bidang saham. “Inilah yang menarik di dunia akting, saya belajar hal baru.”
Tian mengaku pernah sekali bermain saham, tahun 2006. Awalnya, ia mendapatkan hasil yang tinggi. Namun, saat krisis tahun 2008, grafik sahamnya mulai turun. “Saya yang tidak mengerti jadi panik dan langsung menarik semua dana. Padahal, seharusnya itulah waktu yang tepat untuk membeli karena harganya makin turun,” katanya, menyesal.
Profesi CEO
Tak mau terlalu lama beristirahat, setelah syuting film layar lebar, Tian langsung sibuk syuting sinetron berjudul Yang Muda Yang Bercinta, yang sedang tayang. Pria berdarah Jerman dan Jawa ini memang tak pernah bisa berdiam diri. Meski jadwal stripping menantinya, toh, ia tetap antusias melakoni aktivitas barunya yang berbeda dari biasanya. Kini, tiap hari dia harus pergi ke kantor. Ternyata, sudah satu setengah tahun ini, Tian bersama dua temannya, Aryo Sayogha dan Arianjie, mendirikan perusahaan media online, malesbanget.com.
“Hampir seperti media online umumnya, kami memproduksi konten internet, seperti video dan artikel. Bedanya, kami bukan news, namun website humor,” jelas pria yang menjabat sebagai chief executive officer (CEO) di perusahaannya ini.
Tak banyak orang yang tahu, maraknya dunia maya menarik minat Tian, yang pernah kuliah di Technische Universitat Harburg, Hamburg, Jerman. Baginya, media online adalah impiannya selama ini untuk menerapkan ilmu kuliahnya di bidang information technology (IT). Dengan background tersebut, Tian percaya diri mampu mengembangkan bisnisnya.
“Saya itu hobi nge-blog dan menulis sudah menjadi bagian dari hidup saya. Jadi, bisnis ini benar-benar mimpi saya yang terwujud,” ungkap pria yang pernah menjadi kontributor artikel musik untuk sebuah majalah remaja ini.
Meski telah memiliki profesi baru sebagai CEO, Tian tidak pernah berpikir untuk meninggalkan dunia akting. Selama masih dibutuhkan, ia akan terus berkarya. Namun, ia termasuk aktor yang ‘pilih-pilih’ peran. “Selama tidak ada value yang bisa saya ambil, saya lebih baik sabar menunggu yang lain,” ungkapnya.
Menjalani pekerjaan ganda sebagai CEO dan aktor tentunya sangat menyita waktu. Untungnya, Tian selalu punya pendukung setia, istri tercintanya, Titi Kamal. Hubungan mereka pun makin terdewasakan oleh waktu. Sepuluh tahun pacaran, dan 3 tahun menjalani pernikahan, ia makin yakin mencintai Titi. “Titi sosok wanita terbaik untuk saya. Dia mampu mengimbangi dan membuat saya nyaman, Pengertiannya sungguh luar biasa,” jelas pria yang mengaku setia ini.
Untuk tetap menghangatkan api cinta, Tian punya cara romantis memanjakan Titi. Ia selalu menyediakan weekend hanya untuk dinikmati berdua dengan Titi. “Biasanya kami habiskan di dapur, bereksperimen dengan resep baru. Saya mencari resep di internet. Lalu, kami berdua belanja bahan, dan mencoba masak bersama. Seru!” ungkap Tian, yang mahir memasak spaghetti, chicken roasted, dan pizza.
Selain masak, pasangan yang belum dikaruniai anak ini punya hobi sama: traveling. Ada satu pengalaman tak terlupakan seumur hidup Tian, saat ia dan Titi traveling keliling Eropa tahun 2002. Ceritanya, ketika di Paris, tas Titi dicopet. Padahal, tas itu berisi tiket, paspor, uang, dan kamera. Mereka lalu meminta surat kehilangan ke kantor polisi setempat. Dengan bekal surat tersebut, mereka berusaha melanjutkan perjalanan. Di Spanyol, mereka lolos. Sayangnya, mereka tak bisa masuk ke Italia. Ajaibnya, ketika kembali ke Paris, mereka menemukan paspor Titi yang sudah ada di Kedutaan RI di Paris. Ternyata, sang pencopet membuang paspor Titi ke tong sampah, dan oleh orang yang menemukannya dikembalikan ke Kedutaan RI.
“Sungguh pengalaman yang luar biasa, ketika saya harus menemani Titi diinterogasi selama 6 jam di kantor imigrasi Italia. Eh, pas kembali ke Paris, kok, paspornya ketemu lagi,” kenang Tian, yang tengah giat menabung untuk destinasi traveling berikutnya, Alaska. Ia ingin mengajak Titi merasakan pengalaman hidup di kutub utara, merasakan cara masyarakat Eskimo bertahan hidup.
Daria Rani Gumulya
Foto: Kiriman
Artikel ini pernah dimuat di Femina Februari 2014.
Artikel