Babak Baru Christian Sugiono

Berakting bukan passion utamanya. Kini, ia tengah serius membesarkan perusahaan online media miliknya.

Tampang innocent dan selalu berpenampilan rapi, itulah citra yang melekat pada sosok Christian Sugiono (31). Ia pun langganan untuk jadi pemeran pria baik-baik dalam berbagai judul sinetron. Namun, ia berani melepas ‘kemapanan’ aktingnya dan bertransformasi menjadi sosok antagonis di film Sang Pialang. Dia menyebutnya: ruang eksplorasi akting.

christian

Foto Christian: dokumentasi pribadi

Proyek Balas Dendam
Lama tak terdengar kabarnya, Christian Sugiono yang akrab dipanggil Tian, kembali mencuri perhatian publik saat muncul di film terbarunya, Sang Pialang. Ia berperan sebagai sosok Kevin, anak seorang pemimpin perusahaan sekuritas yang menghalalkan segala cara untuk meraih kesuksesan.
“Jujur, saat ditawari bermain film Sang Pialang, saya belum tahu seperti apa karakter Kevin. Setelah membaca script-nya, saya langsung jatuh cinta,” ujar Tian, bersemangat. Ia lantas bercerita tentang peran antagonis pertamanya itu. Kevin seorang pialang yang tega berbuat curang dengan memainkan saham milik nasabahnya untuk keuntungan pribadi. Tujuannya, agar bisa mengalahkan pencapaian Mahesa (Abimana Aryasatya) sehingga Kevin mendapat kepercayaan dari ayahnya.
Meski harus berlakon antagonis, nyatanya Tian menikmatinya. Peran Kevin membuatnya tertantang untuk mengeksplorasi seberapa jauh kemampuan aktingnya. Ia bosan selalu berperan sebagai pria baik di tiap sinetronnya. “Inilah proyek balas dendam. Kesempatan bagi saya untuk memerankan tokoh jahat, karakter yang tak pernah saya mainkan di sinetron sebelumnya,” ungkapnya, senang.
Menurut Tian, ada kemiripan sifat antara dia dengan Kevin. Keduanya sama-sama memiliki passion yang kuat pada suatu hal, dan fokus meraih target. Perbedaannya, Kevin memakai cara kotor dan instan meraih sukses, sedangkan Tian sangat menjauhi cara tersebut. Menurutnya, sukses harus diraih dari kerja keras.
Selain karakter kuat yang ia mainkan, menurut Tian, Sang Pialang unik dari segi tema. Mengangkat tema dunia pialang dan bisnis saham di Indonesia, film ini menjadi sangat berbeda dari film yang sudah ada. Selain itu, intrik persaingan kerja berpadu manis dengan bumbu persahabatan dan percintaan.
Demi mendalami perannya, sebelum proses syuting dimulai, Tian dan pemain lain seperti Abimana Aryasatya dan Kamidia Radisti menjalani proses bedah naskah dan workshop. Mereka bahkan melakukan observasi selama 1,5 bulan di 8 kantor sekuritas di Jakarta. “Hampir tiap hari saya dan pemain lain datang saat jam kerja, mengamati mereka bekerja, bagaimana emosi mereka saat saham naik dan turun,” ungkap pria yang pandai bermain piano ini.
Setelah menyelami hiruk pikuk pasar saham, pandangan Tian tentang pialang berubah. Jika dulu ia menganggap siapa saja bisa menjadi pialang, kini berubah total. “Pialang itu ambisius, dalam arti yang positif. Mereka juga fokus pada tujuan yang akan dicapai. Profesi ini dinamis dan membutuhkan keahlian menjual produk. Tidak sembarang orang bisa melakukannya.”
Keterlibatannya dalam film ini membuat Tian bertemu dengan tokoh-tokoh di pasar modal Indonesia, yang memberinya banyak ilmu baru di bidang saham. “Inilah yang menarik di dunia akting, saya belajar hal baru.”
Tian mengaku pernah sekali bermain saham, tahun 2006. Awalnya, ia mendapatkan hasil yang tinggi. Namun, saat krisis tahun 2008, grafik sahamnya mulai turun. “Saya yang tidak mengerti jadi panik dan langsung menarik semua dana. Padahal, seharusnya itulah waktu yang tepat untuk membeli karena harganya makin turun,” katanya, menyesal.

Profesi CEO
Tak mau terlalu lama beristirahat, setelah syuting film layar lebar, Tian langsung sibuk syuting sinetron berjudul Yang Muda Yang Bercinta, yang sedang tayang. Pria berdarah Jerman dan Jawa ini memang tak pernah bisa berdiam diri. Meski jadwal stripping menantinya, toh, ia tetap antusias melakoni aktivitas barunya yang berbeda dari biasanya. Kini, tiap hari dia harus pergi ke kantor. Ternyata, sudah satu setengah tahun ini, Tian bersama dua temannya, Aryo Sayogha dan Arianjie, mendirikan perusahaan media online, malesbanget.com.
“Hampir seperti media online umumnya, kami memproduksi konten internet, seperti video dan artikel. Bedanya, kami bukan news, namun website humor,” jelas pria yang menjabat sebagai chief executive officer (CEO) di perusahaannya ini.
Tak banyak orang yang tahu, maraknya dunia maya menarik minat Tian, yang pernah kuliah di Technische Universitat Harburg, Hamburg, Jerman. Baginya, media online adalah impiannya selama ini untuk menerapkan ilmu kuliahnya di bidang information technology (IT). Dengan background tersebut, Tian percaya diri mampu mengembangkan bisnisnya.
“Saya itu hobi nge-blog dan menulis sudah menjadi bagian dari hidup saya. Jadi, bisnis ini benar-benar mimpi saya yang terwujud,” ungkap pria yang pernah menjadi kontributor artikel musik untuk sebuah majalah remaja ini.
Meski telah memiliki profesi baru sebagai CEO, Tian tidak pernah berpikir untuk meninggalkan dunia akting. Selama masih dibutuhkan, ia akan terus berkarya. Namun, ia termasuk aktor yang ‘pilih-pilih’ peran. “Selama tidak ada value yang bisa saya ambil, saya lebih baik sabar menunggu yang lain,” ungkapnya.
Menjalani pekerjaan ganda sebagai CEO dan aktor tentunya sangat menyita waktu. Untungnya, Tian selalu punya pendukung setia, istri tercintanya, Titi Kamal. Hubungan mereka pun makin terdewasakan oleh waktu. Sepuluh tahun pacaran, dan 3 tahun menjalani pernikahan, ia makin yakin mencintai Titi. “Titi sosok wanita terbaik untuk saya. Dia mampu mengimbangi dan membuat saya nyaman, Pengertiannya sungguh luar biasa,” jelas pria yang mengaku setia ini.
Untuk tetap menghangatkan api cinta, Tian punya cara romantis memanjakan Titi. Ia selalu menyediakan weekend hanya untuk dinikmati berdua dengan Titi. “Biasanya kami habiskan di dapur, bereksperimen dengan resep baru. Saya mencari resep di internet. Lalu, kami berdua belanja bahan, dan mencoba masak bersama. Seru!” ungkap Tian, yang mahir memasak spaghetti, chicken roasted, dan pizza.
Selain masak, pasangan yang belum dikaruniai anak ini punya hobi sama: traveling. Ada satu pengalaman tak terlupakan seumur hidup Tian, saat ia dan Titi traveling keliling Eropa tahun 2002. Ceritanya, ketika di Paris, tas Titi dicopet. Padahal, tas itu berisi tiket, paspor, uang, dan kamera. Mereka lalu meminta surat kehilangan ke kantor polisi setempat. Dengan bekal surat tersebut, mereka berusaha melanjutkan perjalanan. Di Spanyol, mereka lolos. Sayangnya, mereka tak bisa masuk ke Italia. Ajaibnya, ketika kembali ke Paris, mereka menemukan paspor Titi yang sudah ada di Kedutaan RI di Paris. Ternyata, sang pencopet membuang paspor Titi ke tong sampah, dan oleh orang yang menemukannya dikembalikan ke Kedutaan RI.
“Sungguh pengalaman yang luar biasa, ketika saya harus menemani Titi diinterogasi selama 6 jam di kantor imigrasi Italia. Eh, pas kembali ke Paris, kok, paspornya ketemu lagi,” kenang Tian, yang tengah giat menabung untuk destinasi traveling berikutnya, Alaska. Ia ingin mengajak Titi merasakan pengalaman hidup di kutub utara, merasakan cara masyarakat Eskimo bertahan hidup.

Daria Rani Gumulya
Foto: Kiriman
Artikel ini pernah dimuat di Femina Februari 2014.

Artikel

Pelajaran Hidup Astrid Tiar

Ia berani keluar dari zona nyaman, meninggalkan karier di industri hiburan untuk total menjadi ibu rumah tangga

astrid tiar

Foto: Dokumentasi Femina

Mengakhiri tahun 2014, Astrid Tiar (28) bersemangat memulai hidup barunya di London. Bersama suami yang akan melanjutkan kuliah di sana, ia mempersiapkan diri untuk beradaptasi menjadi ibu rumah tangga, jauh dari kata populer.

Natal yang Sepi
Aktris pemeran utama film Badai di Ujung Negeri ini tengah sibuk-sibuknya mempersiapkan kepindahannya ke London, Inggris, pertengahan Desember ini. Kepergiannya ini dalam rangka mengikuti suaminya, Gerhard Reinaldi, yang melanjutkan kuliah S-3 di sana.
Wanita berhidung lancip ini mengaku hanya punya waktu dua bulan untuk persiapan, karena keputusan ini memang mendadak dari kampus tempat suaminya mengajar sebagai dosen di Fakutas Kedokteran, Universitas Indonesia.
“Sudah browsing dan memilih beberapa kandidat rumah yang akan ditempati nanti, namun belum diputuskan mau yang mana,” ujar wanita kelahiran 12 Juli 1986 ini. Tak hanya masalah tempat tinggal, ia juga sibuk mempersiapkan pakaian untuk menghadapi cuaca yang dingin, mencari tahu jenis makanan hingga peta dan jalur transportasi umum yang akan dilalui.
“Ini pengalaman baru. Jujur tidak pernah terbayangkan sebelumnya untuk meninggalkan Indonesia dalam jangka waktu yang lama, sekitar 3-4 tahun,” jelas wanita bernama lengkap Astrid Tiar Josephine Panjaitan ini. Mau tidak mau ia harus siap untuk meninggalkan zona nyaman di Indonesia yang segala sesuatunya mudah karena dikelilingi keluarga dan teman-teman.
Astrid menjelaskan, di sana nanti ia tidak akan sibuk berkegiatan di luar rumah. Ia tak sabar untuk menjalankan perannya sebagai fulltime ibu rumah tangga, dengan mendedikasikan waktunya untuk merawat putri semata wayangnya, Dialucita Anabel Esteressa Tiorina Situmorang (1). “Saya sengaja tidak berkegiatan di luar karena saat suami kuliah, saya hanya bersama Anabel di rumah,” ujar Astrid.
Meninggalkan Indonesia dengan seluruh karier di industri hiburan yang sudah dibangunnya sejak remaja, ia tak ragu. Ia justru merasa beruntung semua kontrak kerjanya sebagai presenter dan bintang iklan sudah selesai akhir November lalu. “Tidak ada beban lagi meninggalkan pekerjaan,” ujar Pemenang I Gadis Sampul 2000 ini.
Ketika ditanya bakal rindu dengan pekerjaannya di dunia hiburan, ia justru tidak begitu mempermasalahkan hal tersebut karena ia pernah meninggalkan ingar-bingar industri hiburan ketika fokus kuliah pada tahun 2004-2009.
“Justru yang saya khawatirkan, setelah mendengar cerita para dosen senior yang sudah di sana, tiga bulan pertama bakal nangis karena homesick,” ungkap wanita yang pernah kursus memasak ini. Baginya, tantangan yang perlu dihadapi adalah persiapan mental untuk beradaptasi di lingkungan baru dengan teman-teman dari berbagai negara.
Salah satu pengalaman yang akan menantinya adalah merayakan Natal yang sepi, hanya bertiga dengan suami dan anaknya. Tentu rasanya akan berbeda dengan suasana Natal yang selalu identik dengan pesta dan kehangatan keluarga besar. Apalagi di negeri orang, ia harus mandiri. “Kabarnya, saat Natal, mal, kafe, dan toko-toko di London justru tutup, karena semua orang bergegas pulang merayakan Natal bersama keluarga,” ungkap Astrid, yang berencana akan memasak makanan sederhana di rumah.
Bagi Astrid, Natal adalah titik untuk kembali melihat diri sendiri, mensyukuri berkat yang sudah diterimanya satu tahun terakhir. “Kalaupun ada permintaan, saya hanya ingin menjadi ibu dan istri yang bijaksana,” ungkapnya.

Berani Memilih
Astrid percaya, keputusannya untuk pindah akan membawa pelajaran hidup baginya. “Satu hal yang saya tahu, bahwa rencana saya, bukan rencana Tuhan,” ujarnya. Astrid mengatakan, ia baru menempati rumah sendiri selama 3 bulan dan sudah berangan-angan ingin segera merenovasinya. Namun, ia terpaksa menjualnya lagi karena ternyata Tuhan berkehendak lain.
Setelah menikah, Astrid memang selektif memilih job yang datang kepadanya. Ia mengatakan, ini semua karena pengaruh suaminya, yang mengubah pola pikirnya. “Suami benar-benar mengerti saya. Dia seperti ‘pawang’, yang seolah tahu bagaimana melarang dan menasihati saya dengan caranya,” jelasnya.
Memang, setelah menikah, suaminya memberi kepercayaan penuh pada Astrid untuk tetap bekerja di industri hiburan, sepanjang apa yang dikerjakan wanita berbintang Cancer ini tetap menjunjung nama baik keluarga. Jika ada job iklan atau foto yang tidak disetujui suaminya, maka ia akan diingat untuk bertanggung jawab atas pilihannya. “Jadi, apa pun yang saya lakukan pasti saya ingat keluarga,” ujar wanita bergelar sarjana hukum ini.
Sebenarnya, passion terbesar dalam karier Astrid adalah berakting di film. Teman-teman dan suaminya juga sudah memahami mimpinya. “Tapi, untuk menjalani syuting film ketika anak saya masih kecil dan membutuhkan perhatian saya, rasanya terlalu egoistis. Apa yang terbaik buat saya ternyata tidak terbaik buat keluarga,” ujar wanita bertinggi badan 169 cm ini.
Pelajaran untuk menetapkan prioritas, diakui Astrid, ia dapatkan dari mamanya, T. Silaen. Astrid selalu ingat pesan sang mama sebelum menikah, bahwa tiap wanita yang sudah menikah, maka prioritas dalam hidupnya akan berubah.
“Harus menerima risiko yang terjadi. Kalau setelah menikah kamu terus mengejar ketenaran dan materi, jangan marah ketika anak kamu lebih sayang kepada baby sitter-nya, atau suami lebih suka makan malam di luar bersama teman-temannya. Itu konsekuensi pilihan kamu. Namun, kalau kamu masih ingin fokus berkarier, jangan menikah,” kenang Astrid, menirukan ucapan mamanya.
Diakui Astrid, dunia hiburan terkadang menuntut waktu yang tidak ‘normal’. Syuting bisa berlangsung dari pagi ketemu pagi. Untuk itulah, ketika ia memutuskan menikah di usia 26 tahun, ia sudah siap meninggalkan egonya dan tidak lagi ambisius mengejar prestasi di dunia hiburan.
Kini, kebahagiaan terbesar hidupnya adalah ketika bangun tidur dan melihat anaknya yang lucu tumbuh dan berkembang dengan cepat. Dalam menerapkan pola didik, ia tidak mau terlalu menggurui dan memberi nasihat kepada anaknya.
“Lebih suka memberi contoh langsung, agar anak saya melihat sendiri dan meniru apa yang saya lakukan,” jelas wanita yang bangga berdarah Batak ini.
Menurutnya, anaknya selalu meniru apa yang dilakukan orang tua. Misalnya, kalau orang tua melarang anak merokok namun dia sendiri merokok, anak pasti tidak akan mendengarkan larangannya.

Daria Rani Gumulya

Artikel ini dimuat di Femina F49, Desember 2014

Smart Memilih Hotel di Kuta, Bali

Gemerincing suara gamelan Bali yang menenangkan menyambut kedatangan saya dan penumpang pesawat yang saya tumpangi di Bandara Ngurah Rai, Bali. Meski sebagian orang menyebut Bali sudah kehilangan pamor sebagai destinasi wisata utama, namun nyatanya ribuan wisatawan tetap memilih Bali sebagai tujuan nomor satu untuk berlibur.

Saya ke Bali dalam rangka undangan untuk merasakan pengalaman menginap 3 hari 2 malam di Holiday Inn Express, Kuta pada 4-6 November 2014 lalu. Terletak di jalan Raya Kuta 39, Bali, hotel yang termasuk dalam jaringan Intercontinental Hotels Group (IHG) ini menawarkan konsep yang berbeda dengan hotel kebanyakan. Seperti apa itu?

5DJ_3901ed

Yeay! Begitu tiba di kamar disambut penampakan hotel yang seperti ini 🙂 Seru

Konsep dari hotel ini sangat menarik, terutama sangat cocok bagi pengunjung dengan karakter smart dan mandiri. Mulai dari booking secara online yang memudahkan pemesanan hingga sistem pelayanan yang akan didapatkan tamu pengunjung.
“Hotel ini berbeda dengan jenis hotel bintang lima di mana setiap tamu yang datang disuguhkan welcome drink, dan dilayani bellboy. Di Holiday Inn Express, justru tamu membawa kopernya sendiri. Hotel kami tidak menyediakan bellboy, namun jika siapa pun pegawai yang sedang bertugas siap membantu para tamu,” jelas Ketut Sukrajaya, General Manager Holiday Inn Express, Bali Kuta Raya.

Wike Trisnandhini, Area Markom Manager Holiday Inn Express Indonesia menjelaskan, tipe-tipe customer unik dan berbagai macam. “Ada tipe orang yang risih kalau kopernya dibawakan orang lain, ada juga yang bingung mau member tip berapa. Fokus kami menarik para traveler yang mandiri dan tidak gengsi,” ujarnya.

Satu hal yang membedakan hotel ini dengan hotel pada umumnya adalah fasilitas Grab and Go di restorannya. Para tamu dipersilahkan mengambil sajian sarapan sendiri, bahkan dapat take away kalau memang tidak ada waktu untuk sarapan di restoran. Memang jika dilihat, fasilitas layanan hotel ini minim dibandingkan jika menginap di hotel bintang lima. Karena hotel ini tidak mahal, pengunjung bisa menghabiskan uangnya untuk biaya liburan di Bali.

WOWSMART_SHARE_BREAKY2

Restoran menyediakan tempat untuk membawa sarapan, cocok nih buat mereka yang sibuk dan sering buru-buru.

Dilengkapi dengan kolam renang, fitness room, dan Holiday Inn Express juga dilengkapi laundry. Saya bisa membeli koin untuk mencuci pakaian saya sendiri dengan 4 mesin cuci yang sudah disediakan.

5DJ_4521_1

Ngeliat kolam renang yang seperti ini jadi pengen berenang, meski hari sudah malam.

Dari segi kenyamanan, pengunjung bisa memilih dua jenis bantal yang disediakan, soft and firm. Saya memilih yang sesuai dengan selera saya yang firm.  Sedangkan untuk luas kamar yaitu 24 meter persegi, hotel ini cukup luas dibandingkan standar hotel bintang 3. Rasanya saya puas sekali menginap di hotel ini, karena dengan harga kamar bintang 3, tetapi melihat fasilitas yang saya dapat bintang 4.

FullSizeRender

Saya (baju biru) berfoto bersama Pak Ketut (baju hitam) dan Mba Wike (kemeja putih) dan teman-teman media dari Jakarta.

Dominique-Marshall, Cinta Bersemi di Catwalk

Latar belakang dunia modeling menjadi penyatu bagi pasangan ini.

Melewati masa pacaran dalam rentang waktu dua tahun, Marshall Sastra (28) dan Dominique Diyose (26) berani untuk melangkah ke jenjang pernikahan. Tak dapat dipungkiri, kesamaan pandangan dan gaya hidup membuat mereka tak sulit beradaptasi setelah menikah.

domi1

Pernikahan Impian
Happiness is being married to your best friend. Sepertinya ungkapan itu paling pas untuk menggambarkan cinta Dominique dan Marshall. Belasan panggung fashion show pernah mereka lalui bersama. Seiring waktu, pertemanan tumbuh menjadi benih-benih kasih dan menggiring mereka ke pintu gerbang bernama pernikahan. Bagi mereka, cinta datang dengan sangat sederhana.
“Setelah menikah perasaan lebih lega, karena melewati satu step kehidupan untuk menjadi orang yang baru,” ujar Domi, begitu ia biasa dipanggil. Dengan menikah, ia justru lebih mudah berdiskusi dengan pasangan untuk lebih fokus dalam pekerjaan dan cita-cita masing-masing.
Bagi pasangan muda ini, menikah adalah proses belajar setiap hari, memahami pasangan dan berusaha menurunkan ego masing-masing. “Karena sekarang sudah jadi satu keluarga, jadi setiap ada perbedaan pendapat, selalu mengambil jalan tengah untuk suatu keputusan,” jelas wanita yang berakting di film Berbagi Suami ini.
Mereka bertemu 2,5 tahun yang lalu, dalam sebuah fashion show di suatu mal. Bagi Domi, tak ada yang istimewa yang ia lihat dari Marshall. Tak dapat dipungkiri, kedekatan mereka terjalin berkat andil Didiet Maulana, desainer tenun ikat. Didiet memang selalu ‘memakai’ Domi dan Marshall di tiap show-nya.
“Suatu kali, ketika Mas Didiet mengajak saya makan siang bareng. Ternyata dia juga sengaja mengundang Marshall juga,” ujar Domi, tersenyum. Sejak itulah, mereka intens berteman. Beberapa kali selepas fashion show, keduanya menghabiskan waktu dengan ngobrol di kafe atau menonton bioskop. Marshall diam-diam jatuh hati pada Domi. Ia pun memberanikan diri menyatakan cintanya kepada Domi.
“Saya tidak sadar selama ini dia melakukan pendekatan. Karena chemistry kami nyambung, ya sudah jalani saja,” ujar Domi, tersenyum tersipu malu. Selang beberapa bulan berpacaran, Marshall mengaku ingin untuk serius membangun rumah tangga bersama Domi. Ia masih ingat persis, saat itu malam tahun baru 2013. Jakarta hujan, jalanan macet karena semua orang merayakan malam tahun baru.
“Saya menjemput Domi di bandara, dia baru pulang dari show di luar kota. Di dalam mobil, saya berencana untuk melamarnya. Ketika sampai di rumah, saya mengutarakan niat saya untuk menikah dengannya,” ujar Marshall, bahagia.
Dewi fortuna menyertai Marshall, Domi ternyata menerima lamarannya. Bagi Domi, Marshall adalah pria yang tepat untuknya. “Dia persisten, gigih dan bertanggungjawab. Sifat itulah yang membuat saya tertarik padanya,” ujar Domi, jujur.
Sedangkan bagi Marshall, Domi adalah wanita yang selalu ceria, fun, dan bersemangat. “Bersamanya membuat saya nyaman,” ungkap pria dengan tinggi badan 185 ini.
Setelah lamaran ‘tidak resmi’ tersebut, baru di bulan Agustus 2013, mereka menyelenggarakan pertunangan resmi yang melibatkan keluarga masing-masing. Tepat setahun setelah proses lamaran mereka, 16 Agustus 2014, Domi dan Marshall mengikat janji suci di altar Gereja Katedral, Jakarta.
Gereja Katedral minggu pagi itu dipenuhi bunga-bunga berwarna putih di sepanjang jalan menuju altar. Domi mengatakan pernikahan di Katedral adalah impiannya sejak kecil. Untuk dapat melangsungkan pernikahan di sana, ia bahkan rela menunggu antrean beberapa bulan.
“Padahal sudah mencari alternatif gereja lain, namun Domi tetap ingin di sana, jadi yang awalnya ingin menikah bulan Maret jadi Agustus,” ungkap Marshaal yang berdarah Jawa-Manado ini. “Saya ingin pernikahan yang sakral. Dan mimpi saya terwujud” ujar Domi yang keturunan Tionghoa-Jepang ini.
Setelah upacara di gereja, kedua pengantin ini memang tidak menyelenggarakan resepsi. Mereka hanya mengundang keluarga dan beberapa sahabat dekat untuk perjamuan makan malam di sebuah restoran di Jakarta. “Semua yang mengurus Domi. Tanpa resepsi juga keinginannya. Kesederhaan inilah yang saya sukai darinya,” puji Marshal kepada istrinya.

domini3

Saling Memberi Pengaruh
Jika pasangan pengantin baru umumnya pergi bulan madu, kedua pasangan ini mengaku belum sempat untuk pergi bersama setelah beberapa bulan menikah. “Saya masih terikat syuting di Entertainment News di Net TV, beberapa proyek FTV, dan juga berbagai fashion show yang menguras energi,” ujar Domi.
“Karena kesibukan kami, terpaksa honeymoon diundur dulu. Mungkin tahun ini bisa honeymoon,” jelas Marshall yang baru saja liburan ke Bali bersama Domi di bulan Januari lalu.
Mereka saat ini baru menyusun rencana untuk honeymoon ke salah satu negara eksotis di Asia, Nepal. Menurut Marshall, ia dan Domi memiliki kesamaan menyukai daerah yang unik dan adventure experience daripada wisata keliling kota besar seperti di negara-negar Eropa. “Kami suka yang berbau alam, seperti gunung dan pantai, sudah bosan melihat gedung-gedung di Jakarta,” ujar Domi menimpali.
Diakui Domi, setelah menikah, setiap hari mereka berdua menemukan cara pandang yang hampir mirip, seperti keduanya menggangap traveling adalah modal untuk membangun hubungan yang lebih intim.
Hampir enam bulan setelah menikah, Domi menilai suaminya yang sifatnya cuek kini lebih care padanya. “Meski mandiri, namun saya tetap butuh kasih sayang. Yang saya inginkan dari Marshall sih, sesekali dia memberi surprise,” ujar Domi, blak-blakan, yang langsung disambut senyum oleh Marshall.
Menikah memang membawa pengaruh positif bagi Domi, terutama karena Marshall menularinya virus untuk hobi olahraga. “Dia mengenalkan saya pada olahraga TRX dan pilates. Ternyata, saya cocok dengan kedua olahraga tersebut,” ujar Domi dengan wajah berbinar.
Beberapa bulan sebelum menikah, Domi pernah menderita sakit lambung dan divonis dokter kurang gizi karena pola makan berantakan dengan sering mengabaikan sarapan dan makan malam. Setelah makan teratur dan berolahraga 3 kali seminggu, Domi merasa tubuhnya lebih fit dan tidak gampang lemas.
Kini, justru Domi yang lebih aktif berlatih TRX dibandingkan suaminya. “Satu hal yang paling untuk mulai olahraga adalah mengalahkan rasa malas,” ungkap Domi, gembira.
Dengan kesibukan masing-masing, Marshall yang mengurus bisnis interior design dan Domi yang syuting, mereka mengaku lebih banyak menghabiskan waktu luang di rumah. “Kalau dulu sering nonton di bioskop, sekarang memilih menonton film dari DVD,” ujar Domi.
Tidak seperti pasangan lain yang segera ingin memperoleh momongan, mereka berdua justru mengaku sengaja menunda untuk setahun ke depan. “Kami ingin merencanakan kehadiran anak. Menyiapkan tak hanya materi namun yang terpenting adalah mental kami,” jelas Marshall.

Daria Rani Gumulya/Foto:Kiriman

Artikel ini pernah dimuat di Femina no 7, Februari 2015

Setoples Sarapan Sehat

Overnight oats dan pudding, menu sarapan sehat yang makin diburu kaum urban.

Gaya hidup sehat yang kian marak di kalangan masyarakat urban memunculkan celah baru, bisnis makanan sehat dalam kemasan toples. Berbekal promosi lewat instragam, ketiga pengusaha berhasil menggeruk manisnya laba dari bisnis sarapan sehat. Menjual kepraktisan produk ini menyasar untuk mereka yang supersibuk namun tetap ingin menjaga kesehatan.

bisnis-overnightoatsPura Vida
Pionir Overnight Oats di Jakarta
Ide Bisnis
Berawal dari kegemaran memasak, Shalindra Kawilarang (28), bersama kedua sahabatnya yang sama-sama kuliah di Amerika Serikat, Vanessa Budihardja (28) dan Krizia Liauw (28), mereka menyadari pentingnya gaya hidup sehat. Ketiganya berkolaborasi untuk mewujudkan ide makanan sehat.
“Di Jakarta ini bisnis makanan sehat belum banyak, kami memanfaatkan peluang ini,” jelas Vanessa. Maret tahun lalu, mereka mulai membuay Pura Vida, diambil dari bahasa Spanyol berarti kehidupan murni.
Produk Pura Vida berdasarkan filosofi clean eating, gaya hidup yang meyakini bahwa pola makan ideal dengan mengonsumsi whole foods, makanan alami yang tidak banyak diproses.
Memulai dengan produk juice, saat ini justru yang banyak diminati adalah overnight oat. Kemudian mereka melebarkan ke produk granola dan madu. “Rencananya, akan dikembangkan untuk lunch delivery dan savory,” jelas Vanessa, yang bertugas sebagai Chief Operating and Marketing Officer Pura Vida. Sedangkan Shalindra sebagai chef, dan Krizia sebagai Chief Financial and Operating Officer.

Keunggulan Produk
“Pura Vida pionir dalam bisnis makanan sehat. Meski banyak yang sudah diikuti brand lain yang menggunakan diet mayo, justru produk kami tidak menggunakan jenis diet tertentu. Produk kami disebut simple healty food, yang didesain untuk kaum urban yang sibuk,” jelas Vanessa.
Bahan yang terkandung dalam overnight oat dan semua produk Pura Vida sehat, karena tanpa gula, tanpa pengawet dan selalu menggunakan bahan yang segar. “Bahkan, untuk yoghurt, susu almond, dan peanut butter kami buat sendiri,” jelas Vanessa.
Saat ini untuk produk overnight oat, dengan brand Noche, tersedia 7 varian rasa dengan 2 kemasan regular (280ml) dan mini (160ml). Rentang harga mulai dari Rp50.000-Rp80.000. Setiap jenis produknya dapat bertahan selama 2-5 hari.

Tantangan
Saat ini hampir setiap bulan Pura Vida memproduksi lebih dari 1000 jars. Customer memesan produk melalui melalui instragram, twitter dan facebook. Selain itu, ada 11 distributor yang tersebar di berbagai tempat di Jakarta utara hingga selatan, seperti Fitness First Pacific Place, Yoga @42, Plaza Senayan Arcadia, 20Fit Pantai Indah Kapuk, dan Klub Ade Rai Senopati.
Untuk kerjasama dengan distributor, Pura Vida menerapkan aturan yang ketat, karena ingin menjaga brand produk dengan segmen premium. Distributor pun harus sesuai dengan filofosi produk agar menyasar target market yang sama. Untuk itu Pura Vida banyak bekerjasama dengan gym, fitness center, studio yoga.
“Seringkali peminat datang dari Depok, Bekasi, atau Tangerang. Untuk itu, kami ada jasa delivery dengan ongkos kirim Rp100.000. Kami tidak membatasi pesanan. Satu produk pun kami kirim,” jelas Vanessa.
Sedangkan untuk menyiasati kemacetan di wilayah Jakarta, Pura Vida bekerjasama dengan jasa delivery sepeda, Westside Messeger Service (WMS). Ini dilakukan agar produk sampai pada customer tepat waktu.

Trik Marketing
Pesanan terbanyak saat ini masih melalui instagram. Dalam dua bulan ke depan, Pura Vida akan mengembangkan website e-commerce, pembeli bisa memilih pembayaran menggunakan ATM, i-banking, atau kartu kredit. “Kami ingin menjadi e-commerce pertama yang menjual snack dan makanan sehat,” ujar Vanessa.
Pura Vida mengaku traffic penjualan meningkat setelah ia mengirimkan produknya ke selebritas yang menerapkan pola hidup sehat. “Kami mencoba mengirim ke Andien untuk mengenalkan produk kami, ternyata dia suka dan mengunggah ke instragramnya. Setelahnya, dalam 2 jam, ada 50 pesanan via email,” ujar Vanessa, bangga.
Menurut Vanessa, hal terpenting dalam bisnis ini adalah customer service yang memuaskan. Ia mengaku menjawab semua email customer dalam 3-4 jam. “Tempatkan customer sebagai teman untuk memberi masukan, kalau ada komplain akan segera kami tanggapi, kalau perlu kami ganti produknya,” ujar Vanessa.

bisnis-2Dari Tidara
Puding Berbahan Chia Seeds
Ide Bisnis
Anie Tidara (41) mengenal chia seeds dari guru dan teman-temannya di komunitas yoga. “Biasanya mereka mengonsumsi chia seeds dicampur air putih atau air kelapa,” jelas Ani. Karena bosan, Ani mulai mencoba membuat pudding dari chia seed, dicampur buah-buahan. “Ternyata, banyak teman saya yang suka, bahkan pesan untuk dibuatkan,” ujarnya.
Bersama sahabatnya, Willy Priyoko (42), Juni 2014 ia memulai bisnis pudding berbahan chia seeds dengan brand Dari Tidara. “Mas Willy yang menciptakan brand tersebut, karena Tidara identik dengan sosok perempuan, yogi, yang peduli dengan diet dan kesehatan tubuh,” jelas Ani, yang masih bekerja kantoran. Ani dan Willy berbagi peran, Ani lebih mengurus produksi di dapur, sedangkan Willy bagian marketing.

Keunggulan Produk
Chia seeds sangat bernutrisi, mengandung vitamin, mineral, protein tinggi. “Omega 3 chia seed 7 kali lebih banyak daripada pada ikan salmon, kalsiumnya 6 kali lebih lebih tinggi dari bayam,” jelas Ani. Selain itu, chia seeds adalah cara aman untuk mendekoksifikasi usus, karena sifatnya yang mengenyangkan.
Untuk produk, overnight pudding berbahan dasar chia seeds ini termasuk masih baru di Indonesia, meskipun di luar negeri sudah banyak orang yang mengenalnya. Dari Tidara menggunakan bahan-bahan alami, seperti buah segar, kiwi, pisang, strawberry, dragon fruit. Di setiap kemasan, sudah ada nutrition fact, yang berisi jumlah kalori dan kandungan nutrisi di dalamnya. “Kami menyewa ahli gizi untuk mengukur kandungan nutrisi tiap kemasannya,” ujar Ani, yang menjelaskan setiap varian kadar gizinya berbeda satu dengan yang lain.
Chia pudding cocok untuk mengganti sarapan dan makan malam. “Saya tidak menyarankan makanan ini sebagai selingan karena kalorinya telah disesuaikan untuk kebutuhan sarapan,” jelas Ani.

Tantangan
Untuk menjaga kualitas makanan, kemasan menggunakan gelas dan menghindari plastik karena berbahaya bila kena panas tinggi. Untuk itu, ia sudah mentraining kurir yang dilengkapi dengan cooler box, agar produk tetap dingin ketika sampai di customer.
“Saya yakin selain kualitas produk, service juga menjadi hal penting dalam bisnis ini,” ujar Ani.
Karena Ani dan Willy masing-masing masih bekerja kantoran dengan waktu terbatas, untuk pemesanan dibatasi hanya hari Senin, Rabu, Jumat, bersamaan dengan Ani menaruh produknya di berbagai toko reseller, seperti Tanah Merah Coffee, Bikram Arcadia dan Rumah Yoga Kemang. Ani membatasi pemesanan online dalam sehari sebanyak 50 buah, karena keterbatasan waktu dan sumber daya untuk pengerjaannya. Harga per kemasan 200ml untuk chia pudding Rp75.000 dan mix buah-buahan Rp 50.000.
Kendala lain, bahan baku seperti almond dan chia seed masih impor dari Singapura, sedangkan untuk buah masih membeli lokal. “Tak jarang, setelah pameran, saya kehabisan stock. Saya mau tidak mau terbang langsung ke Singapura untuk membeli bahan dasar tersebut,”jelas Ani.

Trik Marketing
Saat ini mengandalkan instagram, website daritidara.com, facebook, dan whatsapp. 85% pemesan online melalui instagram, baru setelahnya bertanya melalui whatsapp. Ani dan Willy banyak menggunakan networking mereka untuk dijadikan buzzer tanpa bayaran.
“Saat natal dan lebaran, Willy sengaja mengirimkan ke beberapa teman artis, dan tanggapan mereka sangat positif, mereka posting di sosial media masing-masing,” ujar Ani.
Penjualan lain yang tak kalah penting adalah ikut pameran dan bazaar. “Tak hanya menjual produk, pameran mencari data customer baru. Kalau sudah mencoba, biasanya mereka akan repeat order,” jelas Ani, tersenyum. Ia pernah mengikuti Namaste Festival, dalam sehari ia bahkan harus menambah 3 kali jumlah stock karena banyak peminatnya.
Karena tahu produk cocok untuk yogi, Ani banyak menyasar ke komunitas yoga. “Melihat respon postitif dari para yogi, ke depan, saya akan kolaborasi dengan beberapa studio yoga sebagai reseller.”
Selain para yogi, produk dari Tidara cocok dikonsumsi oleh ibu hamil dan mereka yang menjalankan hidup sehat.

bisnis3

Dini Hari
Diet dengan Cara yang Fun
Ide Bisnis
Awalnya, Dini Hatta Pamuntjak (44) ingin menerapkan pola hidup sehat dengan membuat overnight oats Namun, ia merasa eneg karena buah-buahan dimixer langsung dengan oat, sehingga menghasilkan seperti bubur. Ia mencoba beberapa kali melakukan percobaan hingga memperoleh hasil yang memuaskan, yakni, dibuat sistem layer, dengan oats dicampur susu paling bawah dan diatasnya ditaburi granola, corn flakes dan buah-buahan.
Dini lantas membawanya produk uji cobanya ke kantor, dan ternyata banyak teman kantornya ketagihan overnight oat buatannya. “Mereka mulai pesan satu persatu,” kenang Dini. Tak jarang, ia juga mengirimi relasinya produk buatannya.
Karena banyaknya pesanan dari lingkungan pertemanan, bulan Oktober 2014 ia serius berbisnis sarapan sehat ini dengan brand Dini Hari. “Dini Hari diambil dari nama saya, makanan ini dimakan pagi hari dan dibuat pada dini hari,” ujarnya.

Keunggulan Produk
Produk ini diklaim sehat, karena kandungan karbohidrat dan vitamin dari oat, kalsium dari low fat susu, yoghurt, granola, cereal, dan buah-buahan segar, seperti strawberry, pisang, blueberry, kiwi. Saat ini sudah ada 14 varian rasa dari choco banana, choco wafer, choco strawberry, mix buah-buahan seperti strawberry, kiwi, mango, bluberry.
Untuk menghitung jumlah kalori yang terkandung dalam satu produk, Dini biasa menggunakan app myfitnesspal. Misalnya, oat sekian gram, granola sekian gram, susu sekian mililiter, strawberry sekian gram. Sayangnya, Dini belum mencantumkan jumlah kalori yang ditempelkan dalam tiap kemasan.
“Tujuannya adalah menjembatani orang untuk hidup sehat, namun tetap bisa mengkonsumsi makanan enak. Seperti rasa cokelat, saya menggunakan nutela dengan rasa yummy!” ujar Dini, tersenyum.

Tantangan
Overnight oat sebaiknya dikonsumsi dalam keadaan segar, setelah diendapkan dalam kulkas semalaman. Karena produk ini untuk sarapan dan daya tahan hanya 1 hari, maka harus sampai ke customer pukul 10 pagi, dalam keadaan dingin. Mengingat kondisi Jakarta yang tiap pagi macet, Dini saat ini bekerjasama dengan jasa delivery terpercaya untuk mengantar produknya. Harga satu kemasan isi 250 ml adalah Rp 65.000.
“Saat ini hanya bisa wilayah Jabodetabek dengan minimal pemesanan tiga item,” jelas wanita yang bekerja di advertising agency ini. Selain itu, untuk customer bisa mengambil pesanan di kantor Dini di Bapindo Plaza, atau membeli di Animo Bakery, Kemang.
Kendala lain yang dihadapi Dini adalah banyaknya pesanan dari luar kota yang belum bisa ia layani. Sekarang ini, karena masih bekerja kantoran, setiap hari Dini menerima 25 orderan per hari.

Trik Marketing
Kemasan dan desain adalah hal yang sangat diperhatikan. “Saya tidak mau menggunakan stoples plastik karena menjaga kualitas produk, selain itu Dini Hari menyasar kelas premium, karenanya bahan-bahan yang digunakan dan packaging harus premium.
Pemasaran yang dilakukan Dini Hari saat ini hanya melalui sosial media seperti instagram, whatsapp, dan line. Untuk website, Dini sedang merencanakanuntuk membuatnya. “Sebenarnya paling berpengaruh adalah promosi dari mulut ke mulut. Karena saya bekerja di advertising, saya memiliki networking yang luas,” jelasnya. Oleh kenalannya, Lukman Sardi, ia kemudian mendapat kontak Dian Sastrowardoyo. Ani lantas mengirimkan beberapa produknya ke Dian untuk diposting di instagram. Dari situlah, penjualan meningkat drastis.
Dini mengatakan, produknya menjual kepraktisan, segmen pembelinya adalah wanita bekerja yang tidak memiliki waktu untuk membuat sarapan sehat dan ibu rumah tangga yang membeli untuk sarapan anaknya.

Daria Rani Gumulya/Foto: Kiriman

Artikel ini dimuat di rubrik bisnis Femina no 13 terbit Maret 2015

Eva Celia Terpesona Sumba

Ia berhasil mewujudkan mimpinya berakting di film action.

eva celia

Foto Dokumentasi Femina

Terlahir dari musisi jazz papan atas Indra Lesmana (48) dan Shopia Latjuba (44), Eva Celia (22) tak lantas mendapatkan fast track untuk memuluskan kariernya bermusik dan akting. Ia mengaku ekstra kerja keras untuk membangun namanya sendiri di industri hiburan Indonesia.

sumba

Sunset yang menakjubkan di Pantai Walakiri, Sumba. Foto by @simononggo, model @nataliaririh

Keluarga Segalanya.
Tatapan mata Eva beradu dengan mata Indra Lesmana (48) di panggung Mosty Jazz, akhir Januari lalu, mengandung penuh arti. Usai membawakan lagu Terbunuh Sepi, Eva tersenyum kepada Indra, kemudian melepaskan gitar yang ia pegang, bersiap untuk menyanyikan lagu selanjutnya. Dalam sekejap, tepuk tangan penonton riuh mengiringi suara Eva.
“Chemistry saya dan ayah terjalin saat kami bermain musik bersama,” ujar Eva, santai kepada femina, beberapa waktu yang lalu. Sejak percerian kedua orang tuanya 15 tahun yang lalu, Eva mungkin tidak bisa menghabiskan waktu setiap hari bersama sang ayah. Namun, Eva mengaku ayahnya memiliki pengaruh besar di hidupnya, terutama ketika memilih jalan bermusik.
Meski sejak kecil menggeluti musik, baru tahun ini dia fokus mengembangkan bakat tersebut. “Saya tengah sibuk bolak-balik ke dapur rekaman untuk memproduksi album sendiri,” ungkap wanita yang lahir 21 September 1992. Ia menjelaskan, albumnya nanti bukan beraliran jazz seperti ayahnya, melainkan pop R&B, aliran musik favoritnya.
Dalam proses pengerjaan album tersebut, Eva mengaku anti dengan hasil yang setengah-setengah, oleh karenanya ia tidak mau mengerjakan terburu waktu. “Saya ingin serius. It’s my baby, jadi saya berikan sebaik mungkin yang bisa aku kerjakan,” jelas penggemar penyanyi Anita Baker
Eva berterus terang, meski ide dan penulisan lirik untuk lagu-lagu di albumnya ia kerjakan sendiri, untuk pengerjaannya musik dibantu ayah dan beberapa temannya. Wanita ini penyuka durian tak memungkiri nama besar ayah dan ibunya memberikan beban tersendiri baginya untuk terus dinilai oleh publik. Terutama menyangkut karyanya di dunia hiburan.
“Saya belajar dari mereka. Jujur, tanpa mereka saya tidak bisa berada di mana saya sekarang, bukan berarti karena anak Indra Lesmana segala sesuatu jadi gampang, saya kerja 2 kali lipat lebih keras untuk membuktikan saya bisa, bukan karena orangtua saya,” ungkap Eva, bersemangat.
Eva mengakui keberhasilannya selama ini juga didorong oleh peran ibu telah mendidiknya. Eva bersyukur mempunyai ibu yang berpikiran demokratis, membebaskannya memilih apa yang ia sukai.
“Bonding diantara saya dan mama kuat. Meski tidak selalu curhat ke mama, tapi mama adalah orang saya hubungi ketika saya ada masalah,” jelasnya. Mengenai pemberitaan masalah pribadi ibunya yang berlebihan di media, Eva memilih tidak menggubrisnya.
“Saya sama sekali tidak terpengaruh. Saya sudah terbiasa sejak dulu. Untuk itu saya tidak menonton televisi dan atau membaca tabloid gosip,” jelasnya. Ia menyadari, kepopuleran akan berimbas pada banyaknya haters yang selalu mengawasi apa saja yang kita lakukan.
“Pada akhirnya, yang kita punya hanya keluarga. Saya tidak perlu mencari tahu apa yang terjadi pada mama dari orang lain, karena ia akan selalu menceritakan apa saja ke saya,” ungkapnya.

sumba2

Bayangan pohon kelapa di pantai Walakiri, Sumba. Foto by @simononggo, model @nataliaririh

Pertama di Film Action
Setelah tampil menyanyi di pagelaran Java Jazz Festival tahun lalu, rencananya Eva akan kembali meneruskan sekolahnya di Los Angeles, Amerika Serikat. Namun, saat itu tantenya, Mira Lesmana, yang seorang produser meneleponnya untuk menawarinya terlibat di film Pendekar Tongkat Emas (PTE) .
Ia tidak berpikir dua kali dan langsung menyetujui tawaran tantenya. “Daripada menyesal, lebih baik saya lakukan sekarang,” ujarnya. Meski memiliki relasi dengan Mira Lesmana, Eva tetap mengikuti casting beberapa kali hingga akhirnya lolos memerankan karakter Dara.
Dara adalah salah seorang murid mahaguru Cempaka yang diperankan Christine Hakim. Untuk mendapatkan tongkat emas dan jurus mematikan Cempaka, Dara harus bertarung melawan ketiga murid Cempaka lain, Gerhana (Tara Basro) Elang (Nicholas Saputra) dan Biru (Reza Rahadian).
Proses syuting PTE sendiri memakan hampir satu tahun. “Tujuh bulan sebelum syuting, kami harus berlatih wushu dan silat. Lelah, pegal-pegal hampir setiap hari, tetapi saya merasa lebih banyak serunya!” ungkap Eva, sumringah.
Eva senang terlibat di proyek ini, karena bisa belajar akting dari dari aktris senior sekelas Christine Hakim, ia juga belajar silat, dan manajemen perfilman. “Dari kecil saya memiliki impian untuk bermain di film action. Akhirnya bisa terwujud!” ujar penggemar film Crouching Tiger Hidden Dragon.
Pendekar Tongkat Emas ini bercerita tentang balas dendam dan kekuasaan. Menurut Eva, ini film yang sangat menarik, karena sudah lama perfilman Indonesia tidak mengangkat film kolosal dengan unsur action yang kuat.
Ia menuturkan, selama syuting, banyak tantangan yang ia hadapi. Pertama adalah suhu udara yang panas. Kedua, akting silat itu sangat susah, gerakan harus tepat mendapatkan hasil terbaik. Semua tantangan itu, bisa ditepis karena Eva memiliki teman-teman yang menyenangkan.
“Di saat emosi dan tingkat lelah, kerja yang lama namun ada teman-teman yang memberi semangat. Everyone in this production gives me energy!” ungkap Eva yang mengaku kini terus bersahabat dengan Tara Basro.
Di malam hari, untuk mengusir penat, Eva, Nico, Tara, dan Reza pesta barbeque ikan di padang rumput, sambil menatap bintang-bintang cemerlang di langit jernih. Persahabatan diantara mereka tak hanya sebatas syuting, setelah di Jakarta, mereka berempat sering beretmu untuk sekadar makan siang bareng.
Diantara pengalaman baru yang dialami Eva, hal yang paling membuka pikirannya adalah keindahan alam Sumba Timur yang memesona. “Padang rumput yang hijau, laut yang jernih, berinteraksi langsung dengan penduduk lokal, tiga bulan rasanya kurang lama,” ujarnya.
Pengalaman tiga bulan syuting di Sumba telah mengubah cara berpikir dan mengajarkannya nilai hidup pada Eva. “Jika dulu kalau ingin liburan selalu ke luar negeri, sekarang, saya menyadari Indonesia jauh lebih kaya dengan alam indah dan budayanya,” jelas pemain film Adriana ini.
Tak hanya itu, dengan melihat langsung bagaimana pembuatan tenun yang memakan waktu berbulan-bulan, ia merasa tergugah untuk membeli dan bangga mengenakan kain Indonesia. “Jika dulu harus memakai pakaian branded buatan luar negeri, kini saya lebih bangga mengenakan tenun atau sarung,” jelasnya.
Setelah syuting PTE ia mengakui jadi penasaran untuk terus traveling menjelajah Indonesia. Benar saja, setelah syuting, Eva pergi bergegas ke Labuan Bajo, Pulau Komodo, dan bulan lalu ia menyambangi Minahasa.
“Melalui foto-foto yang saya unggah di media sosial, saya ingin mempromosikan alam Indonesia kepada teman-teman di saya di luar negeri. Mereka harus traveling ke sini!” ungkapnya, bangga.

sumba3

Padang savana yang banyak terdapat di Sumba. Foto by @simononggo, model @nataliaririh

Daria Rani Gumulya

Dimuat di Femina Edisi 45, November 2014