Abimana Aryasatya ‘Terdampar’ di Dunia Akting

abimana

Foto: Feminagroup

Ia pernah terkenal dengan nama Robertino. Setelah sempat vakum, kembali menjadi bintang dengan nama yang berbeda. Mengapa?

Akting, musik, dan keluarga menjadi bagian dari drama tiga babak dalam kehidupan yang dilakoni oleh Abimana Aryasatya (30). Taburan ‘bumbu’ pahit manisnya kehidupan berhasil menjinakkan jiwa pemberontaknya, dan mengubahnya menjadi pria dewasa, pengayom keluarga. Ia pun mengisahkan perjalanan transformasinya.

HANYA TAMPAK PUNGGUNG
Perjalanannya di dunia sinema berawal pada tahun 1995. Pria yang sempat menjajal peruntungan sebagai model ini mengenal industri perfilman dari seorang temannya. Saat itu ia diajak untuk menjadi kru yang mengurusi wardrobe (kostum) untuk salah satu sinetron. Di sinilah sang nasib mulai ikut campur tangan. Karena pemeran utama sinetron, Ryan Hidayat, meninggal dunia, ia diminta menjadi stand-in.

“Postur kami mirip, dan sama-sama berambut gondrong. Waktu itu saya hanya disyuting dari belakang saja,” ujarnya, tertawa. Sejak itulah, Abi mulai ditawari menjadi figuran di beberapa sinetron, salah satunya yang terkenal adalah sinetron remaja Lupus Milenia.
Setelah sempat vakum di layar kaca, tiba-tiba Abimana mencuri perhatian publik dalam perannya sebagai Andi dalam film Catatan si Boy (2011), debut film pertamanya. Tak hanya itu, ia juga mengejutkan publik dengan mengganti namanya dari Robertino menjadi Abimana Aryasatya.

“Dengan mengubah nama, saya ingin menjadi orang yang baru dan terlepas dari bayang-bayang ayah saya dan masa lalu saya,” ujar pria yang tak mengenal ayahnya sejak kecil ini. Dalam bahasa Kawi, nama barunya ini memiliki arti ’orang yang memberi kebanggaan bagi orang lain’. “Nama baru membawa harapan dan doa-doa baru. Doa dari istri dan anak-anak saya, yang merupakan orang-orang yang saya cintai dalam hidup saya,” ungkap pria berdarah Spanyol-Tionghoa ini.
Nyatanya, nama baru hasil rembukan bersama istrinya, Nidya Ayu (30), ini tidak hanya membuat Abi lebih percaya diri, tapi juga membawa hoki! Sejak kemunculannya dengan nama baru di film Catatan si Boy, dewi fortuna terus mengitari Abi. Tahun 2012 ini, ia berturut-turut dipercaya sebagai aktor utama di beberapa judul film dalam waktu hampir bersamaan. Sebut saja Republik Twitter, Dilema, Keumala, dan yang akan tayang dalam waktu dekat, Belenggu.
Meski tawaran akting mulai berdatangan, Abi ternyata cukup selektif dalam memilih peran. “Jika ada adegan yang tidak sesuai nilai-nilai agama, seperti adegan ranjang, tidak akan saya ambil,” ujar pria yang selalu melibatkan istrinya dalam mempertimbangkan tawaran peran ini.

Di sebagian besar filmnya, Abi sering ketiban peran pria easy going yang cuek dan jail. Padahal, dalam kehidupan nyata, Abi mengaku jauh dari karakter itu. “Saya tipe orang serius dalam menjalani kehidupan, dan cenderung tertutup. Saya tidak mudah akrab ketika bertemu orang baru,” akunya.
Abi percaya, lulus tidaknya kemampuan aktingnya ditentukan oleh kritikan atau pujian penonton akan filmnya. Meski ia telah dipercaya membintangi peran utama di beberapa film, pria penyuka karedok ini mengaku tidak memiliki target apa pun dalam dunia akting.

abimana1

Foto: Dokumentasi Feminagroup

“Saya tidak pernah menginginkan penghargaan apa pun. Apabila mendapatkan, itu bonus, jika tidak, tak jadi masalah,” ujar pengagum aktor Daniel Day Lewis ini. Abi menegaskan, dirinya tipe manusia yang tidak memiliki patokan untuk menjadi seseorang. “Saya manusia yang rolls like rolling stone. Saya hanya mencoba melakukan yang terbaik dengan waktu yang saya punya,” ungkapnya.
MENGGELANDANG DEMI MUSIK
“Saya sebenarnya bukan manusia di depan layar. Saya tidak nyaman di-make up, tersorot lampu, dan memakai kostum yang tidak sesuai kepribadian saya,” jelasnya. Kepada femina, ia jujur menganggap akting hanyalah pekerjaan semata, tempatnya mencari penghasilan. “Kalau ada pekerjaan lain yang bisa memberikan penghasilan sama dengan akting, akan saya lakukan,” ungkap pria yang belum tertarik terjun ke dunia sinetron ini.
Mengawali karier di dunia model dan besar di dunia sinema, ternyata pada dunia musiklah hatinya tertambat. “Bermusik adalah dunia saya, jiwa saya,” kata pria yang mengaku Slankers ini. Abi bercerita, perkenalannya dengan musik ketika ia kecil. Ibunya sering memutar lagu-lagu band Led Zeppelin di rumah. “Saya bermimpi suatu saat memiliki band sebesar itu.”
Begitu cintanya pada dunia musik, ketika SMP, Abi memilih meninggalkan bangku sekolah untuk fokus mengejar mimpinya itu. Ia keluar dari rumah, hidup mengembara dari satu tempat ke tempat lain, bekerja di bengkel, menjadi penjaga toko, berjualan kaus. Ia ingin membuktikan keseriusannya menekuni musik. Sampai pada suatu waktu ia menyadari merilis album tidaklah mudah.

“Saya sempat stres, membakar CD dan gitar karena kecewa dengan pilihan saya bermusik,” tuturnya. Namun, tak berapa lama kemudian, kerinduan untuk kembali bermusik mengusiknya. Bersama band-nya, Drona, ia merilis sebuah single berjudul Gadis dalam Mimpi. Lagu ini bahkan menjadi salah satu soundtrack Republik Twitter dan masuk chart di Radio Geronimo FM, Yogyakarta.

Abi berjanji pada diri sendiri untuk mulai menata hidupnya, dan membesarkan band-nya, sehingga musiknya bisa diterima banyak orang. “Tantangannya tidak mudah. Agar band tetap solid, kami harus meleburkan ego masing-masing untuk satu tujuan yang sama,” ungkap vokalis Drona ini.

HIDUP ADALAH KOMITMEN
Menikah dan berkeluarga menjadi titik balik hidup Abi. Ia dan istrinya menikah saat usia mereka relatif muda, 19 tahun. Ia bercerita, perjumpaan pertama dengan istrinya terjadi di Solo. Setelah melakukan pendekatan hanya 4 bulan, akhirnya ia melamar istrinya. “Cerita kami tidak seromantis drama di film.” Ia dan istrinya berkomitmen untuk membangun keluarga, membesarkan anak-anak sampai mereka tutup usia.

Bagi Abi, hidup itu adalah petualangan dan pilihan. “Memutuskan untuk menikah tak perlu pertimbangan lama. Saya sudah lama tidak tinggal dengan keluarga, saya sangat kesepian dan ingin memiliki anak-anak dan keluarga yang lengkap,” ungkap ayah dari Belva Ugraha (8), Satine Zaneta (7), Bima Bijak (3), dan Arsanadi Arka (6 bulan) ini. Ketika istrinya hamil anak pertama, ada perubahan pada diri Abi. Ia tak lagi sering keluar malam dan minum alkohol. “Saya berhenti melakukan kenakalan saya, namun belum bisa berhenti merokok,” ungkapnya.
Masa-masa awal menjadi ayah merupakan masa indah baginya. Hidupnya tak lagi sepi. Perasaan kosong di hatinya selama ini menjadi terisi karena kehadiran anak-anaknya. “Saya ingin balas dendam pada masa lalu saya dengan menunjukkan bahwa saya memiliki keluarga yang bahagia. Membesarkan anak-anak dengan cara terbaik yang saya mampu,” ungkapnya.

Sebagai orang tua, Abi memiliki idealisme dalam mendidik anak-anaknya. Ia tidak ingin memaksakan anak-anaknya menjadi apa kelak. “Saya mau mereka melakukan apa pun yang mereka inginkan. Mereka harus bersenang-senang dalam hidup.” Meski membebaskan pilihan anak-anaknya, ia tetap memberikan batasan bagi mereka untuk tidak melanggar norma agama. “Saya mau anak-anak menikmati masa kecilnya, tak mau membebani mereka dengan kewajiban harus belajar sekian jam setiap hari,” ujar pria pengagum keindahan Karimun Jawa ini.
Di waktu luangnya, ketika tidak syuting atau latihan musik, Abi betah berlama-lama di rumah. “Bercanda bersama anak-anak di kamar, itu hal paling membahagiakan dalam hidup saya.” Di lain waktu, ia akan mengajak keluarganya ‘piknik’ sederhana di Ragunan. “Kami membawa makanan, duduk di atas tikar, mengobrol, sambil memandangi pohon-pohon,” ungkap Abi, yang tak suka ke mal.
Pria berambut panjang ini mengaku banyak mendapat pelajaran hidup dari falsafah Jawa. “Saya tidak ingat ungkapannya dalam bahasa Jawa. Tetapi, inti dari falsafah itu mengajarkan saya untuk selalu berpegang pada komitmen, kerja keras, dan kejujuran, dalam menjalani hidup,” ungkap penggemar tokoh wayang Bima ini, menutup pembicaraan.
*) Artikel ini pernah terbit di majalah Femina edisi 16 tahun 2012
Daria Rani Gumulya
Foto: Irvan Arryawan, Dok. Belenggu.
Pengarah Gaya: Aulia Fitrisari

Leave a comment