Perjalanan cinta pasangan yang usianya beda jauh ini, memasuki episode baru: pernikahan.
Cinta memang unik, tak bisa ditebak datangnya. Berawal dari keisengan memasang status di facebook, model papan atas yang juga seorang aktris, Laura Basuki (23), berkenalan dengan pengusaha Leo Satrya Sandjaja (34). Keduanya mengaku jatuh hati pada pertemuan pertama. Sejak itu, benih cinta tumbuh dan terus dipupuk, hingga waktu menyatukan mereka dalam sebuah ikrar pernikahan.
JODOH TAK DIUNDANG
Senyum manis Laura dan Leo mengembang ketika bertemu femina di salah satu butik di Jakarta Selatan. Kepada femina, pengantin baru ini ingin membagi sepenggal cerita cinta mereka. Awal perkenalan Laura dengan Leo berupa ketidaksengajaan ketika Laura memasang foto dirinya menggunakan gaun pengantin di laman facebook. “Usai pemotretan gaun pengantin sebuah bridal, saya juga menuliskan status, ‘Siapa, nih, yang mau jadi suami saya?’” ungkapnya. Keisengan Laura ternyata disambut serius oleh sahabatnya, Rinaldy A. Yunardi, yang berjanji akan mengenalkannya kepada temannya, Leo.
Tak menunggu waktu lama, Leo yang telah setuju untuk dikenalkan, segera mengambil langkah awal dengan mengajak Laura kencan pertama. “Saya masih ingat sekali pertemuan pertama kami. Setelah Laura fashion show, kami makan dan ngobrol di sebuah restoran Jepang di salah satu mal di Jakarta Selatan,” kenang Leo, tersenyum.
Dari situ, Laura merasa ‘nyambung’ saat ngobrol dengan Leo. Diam-diam Laura menyimpan rasa suka pada Leo karena pembawaannya yang santun dan tenang. Leo pun merasakan hal yang sama, dia mengagumi kecantikan dan wawasan luas yang dimiliki Laura. Pulang dari pertemuan itu, keduanya intens berkirim pesan melalui blackberry messenger atau saling menelepon. “Sejak itu, dia tak pernah absen sehari pun bertemu saya. Entah menjemput saya di lokasi syuting atau sekadar makan siang bareng,” ungkap Laura, dengan mata berbinar.
Dalam perjalanan, Leo mengakui, ia sempat ragu melangkah bersama karena profesi artis dan model yang disandang Laura. Selama ini dia menilai artis identik dengan gaya hidup glamor dan kawin cerai. “Namun, setelah mengenalnya lebih lama, keluarganya, dan pola pikirnya, saya justru makin yakin saya mencintainya,” kata Leo.
Satu bulan menjalani proses pendekatan, sekitar Mei 2009, Leo sudah memberanikan diri ‘melamar’ Laura menjadi kekasihnya. Pulang dari jalan-jalan ke pembudidayaan kulit buaya di Banten, mereka mampir di salah satu restoran Jepang di Jakarta, dan di situlah Leo menyatakan cintanya. “Saya, sih, sudah suka dari awal bertemu, jadi langsung diterima saja,” ungkap Laura, tanpa basa- basi.
Masa pacaran yang indah pun mereka arungi. Di bulan ketiga, Leo sudah merasakan Laura adalah wanita yang tepat untuk mendampingi hidupnya. “Saya yakin she is the one, dia dewasa, selalu memotivasi saya untuk lebih baik. Ia bisa memperbaiki kesalahan saya tanpa menggurui. Saya pun membayangkan growing old dengannya,” jelas Leo. Ajakan menikah Leo disambut baik oleh Laura. Sejak pertama bertemu Leo, ia pun yakin Leo adalah pria pilihannya.
TERPAUT USIA 11 TAHUN
Kendala muncul ketika Laura menyatakan keinginannya menikah dengan Leo kepada orang tuanya. Saat itu, Laura masih berusia 21 tahun, dan belum selesai kuliah. Perbedaan usia mereka yang 11 tahun, dan Leo termasuk orang yang baru dikenal Laura, juga membuat orang tuanya sangsi.”Orang tua khawatir karier saya akan terhenti setelah menikah, padahal usia saya masih muda,” jelas wanita keturunan Semarang-Vietnam ini. Kemudian ia menjelaskan kepada orang tuanya bahwa ia tidak takut kehilangan kariernya setelah menikah.
Berbekal keyakinan, Laura mengenalkan Leo kepada orang tuanya, sekaligus untuk membiarkan orang tuanya menilai pribadi Leo. Ternyata, hanya dalam waktu singkat, Leo bisa mengambil hati kedua orang tua Laura. “Saya coba menjadi diri sendiri, jujur, dan bermaksud baik untuk membahagiakan putri mereka,” jelas Leo, mengemukakan kiatnya.
Meski restu dari orang tua telah di tangan, baru satu tahun kemudian mereka bertunangan. “Waktu itu, kami sedang makan. Dia menyuruh saya untuk mengecek saku jaket saya. Ternyata, ada cincin mungil yang ia taruh diam-diam. Bahagia rasanya,” ujar peraih gelar Pemeran Wanita Terbaik Festival Film Indonesia 2009, ini.
Kisah percintaan keduanya terbilang mulus. Dua tahun merajut kasih, tak pernah sekali pun keduanya pernah mengucapkan kata putus, meski tetap ada kerikil kecil dalam hubungan mereka. Seperti di awal pacaran, Leo mengaku sering cemburu melihat Laura beradegan pelukan saat syuting. “Biasanya, kalau cemburu, dia diam seharian. Lucu melihatnya gelisah mengecek isi handphone saya,” ungkap wanita penyuka es krim ini. Karena itulah, Laura membawa Leo ke lingkungan teman-temannya. Lama-kelamaan Leo percaya bahwa kekasihnya melakukan adegan tersebut demi tuntutan profesionalisme semata, sehingga ia mencoba lebih fleksibel.
Tak hanya Leo, Laura pun mengaku pernah cemburu saat Leo begitu ramah kepada pelanggan restorannya. Sebagai pebisnis restoran, Leo kerap berjumpa dengan banyak pelanggan wanita cantik. Untuk itu, Laura sering minta diajak, bila ada acara di restorannya, “Agar bisa memantau,” Laura beralasan.
Selama pacaran, perbedaan usia yang lumayan jauh tidak pernah menjadi hambatan. Leo melihat, Laura pribadi istimewa. “Dia dewasa. Bicara dengannya saya tak merasa dia lebih muda 11 tahun dari saya. Kami menjadi diri kami masing-masing,” kata Leo. Laura pun mengakui Leo bisa mengimbangi dirinya yang masih muda. Bahkan, Leo sangat humoris dan mengerti dirinya. Meski begitu, Laura sempat minder ketika diajak ke lingkungan pertemanan Leo, yang menurutnya sudah berumur. “Padahal, kalau dengan Leo, kami seperti seumuran, tapi dengan mereka seperi ada jarak,” ungkapnya.
PERNIKAHAN TAMAN BUNGA
Bagi Leo dan Laura, rentang waktu dua tahun sudah cukup untuk mengenal satu sama lain. Dan, tibalah saat yang dinanti, tanggal 25 Juni 2011, keduanya mengikrarkan janji sehidup semati di depan altar Gereja Reformed Injili, Kemayoran, Jakarta Pusat. Mereka berharap, pernikahan ini sekali seumur hidup. “Saya siap menjalani komitmen ini,” ujar Laura bersemangat.
Malamnya, mereka menggelar pesta mewah di sebuah hotel berbintang dengan konsep pernikahan ditata menyerupai taman bunga. “Temanya, midsummer night dream dengan banyak bunga lavender, karena saya suka hal-hal yang berbau fairy, sedangkan Leo suka yang maskulin. Tema itu menggabungkan keinginan kami berdua,” jelas Laura, sambil menatap mesra suaminya.
Benar-benar seperti dongeng. Laura mengatakan, kehidupan pernikahannya persis seperti bayangannya selama pacaran. Menurutnya, perhatian Leo tak berubah sedikit pun usai menikah. “Dia memperlakukan saya seperti berlian,” ujar Laura, senang.
Laura mengaku beruntung bersama Leo yang kerja kantoran dengan jam kerja yang pasti, sehingga malam hari mereka selalu bisa bertemu di rumah. Terlebih, Leo ternyata suami yang pengertian. Saat Laura keletihan syuting, ia selalu membereskan barang bawaan milik Laura. “Men-charge BB saya, memijat, bahkan mencuci piring. Itu sangat romantis,” puji Laura. Sedangkan Leo, sangat menyukai sisi romantis Laura dengan selalu mengantarkannya sampai depan rumah bila ia bekerja, dan membawakan bekal untuk makan siang.
Hal lain yang membuat Laura senang, Leo tidak ngorok saat tidur, sesuai harapannya. Namun, ia sempat kaget mendapati Leo suka tidur dengan mengenakan kaus lusuh dan berlubang. Ia yang sudah mengenakan baju tidur cantik bersanding dengan pakaian tidur Leo yang ‘apa adanya’. “Saya menyuruhnya ganti, tapi dia keukeuh tidak mau. Katanya, kaus-kaus berlubang itu paling nyaman untuk tidur,” katanya, sambil tertawa.
Pasangan yang baru saja berbulan madu ke Amerika ini tetap menggunakan kata ‘Yang’ sebagai panggilan sayang satu sama lain. Namun, ketika bertengkar, kata ‘Yang’ pun berubah jadi memanggil nama saja. “Tapi, pertengkaran kami paling bertahan hanya satu hari. Saat berbaikan, kami saling menautkan kelingking. Kalau sudah begitu, artinya sudah kangen berat. Maklum, kalau bertengkar, kami jadi saling memunggungi,” jelas Laura, sambil tertawa.
Pernikahan tak membuat Leo membatasi pekerjaan Laura sebagai model maupun aktris. Meski memberikan kebebasan, sesuai perjanjian pranikah mereka, Laura kini tidak boleh diantar pulang oleh teman laki-laki. Selarut apa pun, dia harus pulang sendiri atau minta dijemput Leo. Ketika kelak mereka memiliki anak, Laura hanya diminta cuti dulu dari pekerjaannya selama satu tahun, agar konsentrasi merawat anak.
Ke depan, Laura dan Leo berencana ingin membentuk keluarga yang harmonis, dengan satu atau dua anak saja. “Saya ingin keluarga kecil yang solid, takut pada Tuhan, dan baik,” jelas Leo, mantap. Laura lantas menambahkan bahwa mereka sempat ingin menunda kehamilan setahun dua tahun. Namun, karena banyak orang bilang, kalau ditunda akan sulit hamil, maka sekarang mereka berserah saja kepada Tuhan. “Kami sepakat maksimal dua anak saja, agar lebih fokus mendidiknya,” kata Laura, tersenyum bahagia.
Daria R. Gumulya, Artikel ini pernah dimuat di Femina edisi 36 tahun 2011
Foto: Dok. Pribadi